Thursday, January 30, 2014

Si Biru Punya Cerita


Yang akrab dengan saya, pasti tak akan anggap serius bila saya berkisah tentang Si Biru yang punya cerita. Soalnya, hampir semua barang yang saya punya berwarna biru, sehingga bisa jadi mereka berpikir tidak ada cerita yang istimewa tentang Si Biru, benda apapun itu yang saya maksud.

Tapi kalau Si Biru yang satu ini, saya jamin benar-benar punya cerita. 


Si Biru di kereta dari Belanda menuju Luxembourg, 2011

Sesuai warnanya benda ini saya sebut 'Si Biru'. Ya, dia adalah MP4 player, yang saya beli dari toko Media Markt awal tahun 2010, saat kuliah di kota Den Haag. Bagi saya saat itu, kegunaan utama Si Biru bukan buat mendengarkan musik, tapi untuk merekam wawancara terkait tugas-tugas kuliah hingga thesis.  Jadi, jika di thesis saya ada lembar ucapan terima kasih, Si Biru pasti ada di urutan pertama, karena ia benar-benar berjasa membuat saya bisa memakai toga untuk kedua kalinya.

Si Biru juga pernah merekam sepenggal kisah cinta satu musim saya di tanah Eropa. Ya, merekam secara harafiah, karena di dalam si biru ada cuplikan kemesraan kami di sebuah kota kecil di Belanda. Saya juga pernah berbagi Si Biru bersama dia, di sebuah taman di kota Paris, pada suatu hari yang cerah di musim semi. "I love the way you love me... strong and wild, slow and easy..," begitu lantun Si Biru kala itu. 'Dia' yang saat ini pastilah sudah tidak penting, tapi kisahnya masih melekat jelas di ingatan. Mungkin, karena dia adalah bagian dari kisah romansa dengan setting Eropa yang anggun, tentu tidak mudah untuk dilupakan begitu saja. Atau sederhana saja, mungkin karena diantara saya dan dia, ada Si Biru yang istimewa ini.

Tiba di negeri ini, Si Biru malah bukan cuma mencatat cerita saya tapi juga banyak kisah hidup orang-orang lain, dengan berbagai profesi, beragam usia. Pasalnya, Si Biru hampir selalu saya bawa saat melakukan pre interview dengan narasumber untuk program talk show 'Satu Jam Lebih Dekat', yang bercerita tentang perjalanan hidup seorang public figure. Si Biru pun jadi paham banyak hal, bahwa menjadi sukses itu tidak instan dan butuh perjuangan keras. Tak jarang Si Biru juga menampung air mata duka, bahagia, sampai berbagai petuah bijak sarat makna. Petuah bijak yang kadang pun membuat saya, si pewawancara, tersentak dan spontan merenung sejenak di tengah-tengah wawancara. Tak lain karena, setiap orang menyimpan kisah unik dan istimewa dan selalu ada pelajaran yang bisa dipetik darinya.

Malam ini, sendirian di kamar, saya mendengarkan kembali Si Biru. Cerita demi cerita pun dilantunkannya. Ada kisah tentang saya, hampir 4 tahun yang lalu di Negeri Kincir Angin, yang sedang berjuang meraih cita dan cinta. Lalu dirangkai dengan cerita tentang orang-orang lain dengan berbagai pengalaman mereka mengecap pahit manisnya hidup. Tak salah kalau dibilang pengalaman adalah guru yang terbaik. Karena saat mendengarkan kicauan Si Biru, ada perasaan hangat yang perlahan-lahan menjalar. Perasaan hangat yang membuat saya sesaat lupa akan cuaca dingin pasca hujan di ruangan ini.

Dan, ini semua gara-gara Si Biru. Si Biru (yang) punya (banyak) cerita...

***
"My life is my message" - Mahatma Gandhi.

Bali, 27 Desember 2014
00.45 AM

No comments: