Thursday, January 30, 2014

Post Relationship Clean Up (a.k.a 'Bersih-Bersih' Setelah Putus)


Saat suatu hubungan (dalam konteks asmara: pacaran/pernikahan) berakhir, ternyata bukan serta merta selesai sampai disitu. 'Bersih-bersih' jadi fase yang, suka-tidak suka dan mau-tidak mau, harus dilewati. Saya pribadi menyebutnya dengan 'Post Relationship Clean Up'.
Yang utama, tentu saja membersihkan hati. Secara baik-baik atau tidak maupun kesepakatan bersama atau sepihak, yang namanya putus cinta pasti tidak enak. Proses selanjutnya, menata hati supaya bisa move on, begitu kata sebagian orang. Namun bagi saya ada yang lebih penting daripada cuma move on, yaitu ikhlas. Ikhlas adalah tahap yang lebih matang dari sekedar move on. Saat sudah ikhlas menerima semua yang terjadi, tak ada lagi pertanyaan, ganjalan dan perasaan dendam di hati. Yang ada justru mendoakan yang terbaik buat si mantan. Kalau sudah ikhlas, move on happens automatically.

Namanya manusia, ikhlas memang tidak gampang. Dan ternyata dalam proses menuju ke ikhlas, ada 'bersih-bersih' lain yang juga menuntut perhatian. Yaitu membersihkan kenangan-kenangan yang berwujud fisik. Misal: foto-foto, benda-benda milik atau pemberian sang mantan.

Sebagian orang spontan membuang semua kenangan yang berbentuk fisik itu. Bisa dengan cara dimusnahkan dahulu atau langsung saja dibuang ke tong sampah. Namun saya memilih mengumpulkan semua benda-benda tersebut dalam sebuah box, lalu menyimpannya di suatu tempat yang jarang tampak depan mata. Saya tidak menyingkirkan benda-benda itu bukan supaya bisa sering-sering KLBK, tapi karena saya orang yang menghargai sejarah. Apalagi bagian dari perjalanan hidup saya sendiri. Lagipula saya kok gak rela ya kalau wajah saya (= foto bersama sang mantan) masuk ke tong sampah.

Di era digital dan social media seperti sekarang, daftar Post Relationship Clean Upjadi makin bertambah.  Misalnya, foto-foto soft copy  dan  semua yang telah di-share disocial media, mulai dari foto, kata-kata mesra (sahut-sahutan di twitter atau commentfacebook/ path misalnya), tags (untuk foto, status, places check-ins, apa pun), dan sebagainya. Status hubungan seperti in a relationship, engaged atau married (kalau ditampilkan) pun perlu diperbaharui. Kalau putusnya tidak baik-baik, bahkan pertemanan disocial media juga dianggap perlu diakhiri.

Ah, tapi kan gampang aja, tinggal klik lalu delete. Eits, siapa bilang? Kelihatannya memang mudah, tapi saking banyaknya hal yang sudah kita share di social media, urusan 'bersih-bersih' yang satu ini menurut saya justru paling menyita tenaga dan waktu. 

Makanya, sejak putus dengan mantan pacar hampir 6 bulan lalu, 'bersih-bersih' yang ini belum juga saya lakukan. Pasalnya, hal ini rasanya belum jadi prioritas yang harus diutamakan, karena masih banyak urusan lain yang jauh lebih penting, misalnya pekerjaan kantor atau aktivitas bersama keluarga dan teman-teman. 

Apalagi saya merasa yang penting saya sudah mengikhlaskan semuanya. Kalau hati sudah ikhlas, urusan 'bersih-bersih' yang lain cuma sekedar tambahan belaka yang boleh dilakukan, boleh juga tidak. Bukan prioritas yang menempati urutan atas.

Sementara, di sisi sebelah sana, hanya beberapa hari setelah putus, sang mantan sudah meng-unshare dan mem-block saya dari dua akun social media yang berbeda. Beberapa waktu lalu, jumlah foto-foto saya di facebook pun berkurang. Ternyata si mantan sudah menghapus foto-foto saya yang ada di halaman facebooknya dan meng-untag foto-foto dirinya yang pernah saya tag. 

Kalau bersikap reaktif, saya pasti langsung melakukan hal yang sama dengan si mantan saat itu juga. Karena jujur saja, ada sedikit perasaan kesal saat sadar bahwa ada orang di sana yang menghapus 'jejak' hubungannya dengan saya (bisa berlaku untuk hubungan apa pun ya, gak harus pacaran, misal pertemanan). Tapi kok rasanya saya masih malas ya mengurusi printilan yang menurut saya tidak penting. Lagi-lagi, kan yang penting hati saya sudah ikhlas. Lalu otomatis saya sudah move on. Itu yang utama.

Tapi, hari ini satu persatu foto si mantan mulai saya hapus dari halaman facebook saya. Cuma yang di facebook, karena saya tak mau repot-repot 'bersih-bersih' timeline twitter dan path yang pasti akan sangat menyita waktu dan tenaga. Foto-foto soft copy si mantan di laptop juga sudah jadi satu di folder bertajuk 'Old Stuff'. Untungnya saya tidak pernah pasang status hubungan di facebook jadi gak perlu repot-repot ganti status hubungan dan bikin semua teman facebook dalam sekejab tahu perubahan dalam kehidupan pribadi saya (kan itu bukan urusan mereka).

Lho, kok saya tidak konsisten? Katanya tadi malas 'bersih-bersih' social media?

Alasannya sederhana saja. Kebetulan hari ini saya punya waktu. Saya sedang santai. Saking santainya sampai tidak tahu lagi apa yang musti dikerjakan.

Artinya? Inilah waktu yang tepat untuk mengurus remeh temeh tidak penting yang menempati urutan bagian bawah dalam hidup saya! Seperti 'bersih-bersih' social mediaurusan asmara ini....

---

*Moral story-nya, you figure it out yourself lah. Nah, kalau pesan pribadi dari saya:

Pertama, sebaiknya gak perlu lah terlalu banyak umbar-umbar kemesraan lewat social media. Sewajarnya aja. Iya kalau awet sampai nenek-kakek sehidup semati, nah kalau kandas di tengah jalan? Post Relationship Clean Up itu bikin repot dan nambah-nambah kerjaan gak penting. Saya baru aja ngalamin. No offense buat yang udah terbiasa share urusan asmara di social media ya, ini hanya menurut saya lho.

Kedua, ini pesannnya rada serius, beneran deh use your social media wisely. Selektif pilihcontent mana yang wajar dan perlu untuk di share dan mana yang gak. Kalau mau curhat, sama temen/keluarga atau sama Tuhan aja. Kalau mau iseng, di dunia nyata aja deh, biar gak kayak pengecut. Kalau mau mesra-mesraan, jalur pribadi aja sih lebih intim, lebih bebas, dunia beneran milik berdua.

*Dari saya yang sedang merasa social media bermanfaat tapi kadang suka mengganggu!*

Jakarta, 22 September 2013
11.30 PM

No comments: