Tuesday, November 28, 2006

My Best Friend's Wedding

Went to my best friend's wedding last Sunday. Resepsinya di sebuah masjid. Gak mewah, tapi cateringnya enak. Nice wedding. Sayangnya, tamu yang datang gak sebanding dengan ruangannya yang relatif kecil. Karena terlalu banyak orang, AC nya jadi gak berasa. Mau hunting makanan jadi malas karena sambil banjir keringat :)
Tapi, itu semua gak masalah. Gue tetap hadir mulai dari akad nikah jam 9 pagi di tempat yang sama, lanjut ke resepsinya mulai jam 7 malam. Karena yang nikah adalah sahabat gue. My best friend for 10 years.

Pulang dari acara itu, my mind was racing, balik ke masa kuliah di Jatinangor dulu. Tahun '96, mulai kost di rumah kost baru di Jalan Sayang, nempatin kamar B8. Di tempat kost gue, satu kamar mandi dipakai oleh dua pemilik kamar, B8 & B7. Tapi saat gue masuk, kamar B7 kosong, jadilah gue bisa menikmati kamar mandi untuk gue sendiri. Selang beberapa minggu, kamar B7 terisi juga. Seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran. Dia langsung menyapa gue dengan ramahnya. Mulanya gue agak jengah, mengingat gue orangnya jarang berbasi-basi :)

Tapi ternyata sama sekali gak sulit untuk akrab dengan tetangga baru gue ini. Selain sangat friendly, ternyata we share a lot in common. Kita berdua juga punya prinsip-prinsip yang nyaris sama.

Then, everything started....

Mulai dari cewek anti rokok sampai belajar ngerokok..
Nyobain tempat makan dan nongkrong di Bandung. Suis Butcher. Pasadena. Road Cafe. Calista..
Those wild and party times. Mulai dari Kintamani. Pesta. O'hara. Fame Station. Bubur PR. Dwilingga..
Sedih putus sama pacar sampai nyari pacar baru. Kenalan di jalan (cowok, cowok, godain kita, dong!) Cowok pinter. Cowok sekampus (Baby don't you break my heart slow). Cowok virtual. Cowok band.. (Untungnya selera cowok kita beda, jadi gak pernah rebutan :)
Mahdi. Main The Sims di Cikuda. Nonton di Studio.
Dari Jatinangor sampai Buah Batu..

And those were only some...

Selama gue kuliah tahun 1996 sampai lulus tahun 2001, banyak banget yang udah kita lalui bareng. Dia selalu ada buat gue through thick and thin. Saat gue senang, ketawa sampai sedih, nangis. At my best moment, and at my worst time. Saat nenek gue meninggal Agustus 2001, dia langsung ngebut nganterin gue ke stasiun supaya cepat sampai Jakarta.

Our friendship last sampai sekarang. Dia salah satu teman terbaik yang pernah gue punya dalam hidup gue. Gak akan pernah cukup ruang dan waktu untuk cerita semuanya.

Suaminya, adalah sang kakak kelas di SMP dan SMA dulu. Katanya dulu pernah naksir-naksiran tapi gak sampai jadian. Ketemu lagi sekitar dua tahun yang lalu. Setelah PDKT, pacaran. Syarat orang tua (Bibit, Bebet, Bobot) sesuai atau lebih dari standar, berencana menikah. Minggu, 26 November 2006 kemarin, tepat di usia 28 tahun, sahabat gue menikah with the man of her dream. Gue tahu dia sayang banget sama suaminya, (mudah-mudahan) begitu juga sebaliknya. He's a nice guy, friendly and all.

Makanya, ketika dua hari sebelum hari H, sahabat gue SMS:

"ndutt kok tiba-tiba gue takut nikah ya?"

Jawaban gue,

"you're lucky that you can marry someone you adore, not everyone could have that privilege"


***

"Love isn't a decision. It's a feeling. If we could
decide who we loved, it would
be much simpler,but much less
magical"

--Trey Parker and Matt Stone, South Park, Chef Aid, 1998

"A successful marriage requires
falling in love many times,
always with the same
person
"

-- Mignon McLaughlin

1 comment:

peblem said...

manis kisahnya.. :)