"...Jadi, saya tak akan berkata "Selamat Tinggal Belanda" saat pesawat yang saya tumpangi take off dari Bandara Schiphol nanti. Saya cuma akan bilang "Til We Meet Again, Holland" :)..."
Kalimat diatas adalah penggalan paragraf terakhir dari tulisan yang juga saya muat di blog ini tanggal 23 Oktober 2010 silam (Saya Pasti Bakal Kangen Sama Belanda). Saat itu tiga hari menjelang kepulangan saya ke tanah air setelah menetap di Den Haag selama satu tahun.
And.. here I am now, in the same city, at this very moment. Sungguh, saya tidak menyangka kalau ucapan terakhir saya dalam note tersebut begitu cepat terealisasi. Hanya berselang tujuh bulan, saya sudah berjumpa kembali dengan Negeri Kincir Angin.
Selain cuacanya yang (memang selalu) tidak pernah bersahabat (karena kerap berubah-ubah), Den Haag tetap menyambut saya dengan hangat. Semuanya masih sama seperti saat saya tinggalkan. Bahkan saking familiar-nya saya sampai merasa tidak pernah meninggalkannya. Aktivitas saya disini sejak tiba hari Rabu, 25 Mei lalu sampai sekarang, seakan-akan hanya merupakan kelanjutan dari kegiatan sehari-hari. Saya merasa berada di rumah. Mungkin terdengar lebay, tapi itulah faktanya. Itulah yang saya rasakan.
Belanda memang punya arti khusus bagi saya. Alasannya, sejak tahun 2007 hingga sekarang, sudah tiga kali saya bolak balik ke Belanda. Dan perjalanan itu saya lakukan setiap dua tahun sekali. September 2007, saya berangkat ke Hilversum untuk mengikuti kursus Broadcast Journalism di RNTC selama 3 bulan. Dua tahun kemudian, saya mulai menetap di Den Haag untuk kuliah S2 selama satu tahun. Lalu tahun 2011 ini, saya bertolak ke Den Haag berpartisipasi dalam Holland Alumni Conference bersama 200 peserta dari 36 negara lainnya. Yang patut disyukuri, semua perjalanan tersebut gratis. Saya dibiayai untuk mengikuti program-program itu. Dan tentu saja, yang lebih menyenangkan lagi, mendapat kesempatan masuk ke negara Belanda, juga berarti berhak menjelajah ke 25 negara Schengen lainnya. Itu artinya, saya juga mendapat kesempatan menyalurkan hobitravelling saya ke negara-negara Eropa lain yang tentu lebih mudah dijangkau dari Belanda.
Ya, saya sadar, saya memang sangat patut bersyukur.
Tapi, sebenarnya apa rahasianya saya bisa begitu akrab dengan negara bekas penjajah ini?
Entahlah. Yang pasti untuk bisa mendapatkan kesempatan gratis, saya harus melalui proses seleksi. Tetap ada perjuangan disitu. Nothing comes for free, actually.
Namun, selebihnya, bisa jadi saya memang sekedar beruntung dengan sesuatu yang berkaitan dengan Belanda. Seperti mengutip perkataan seorang sahabat melalui BBM (yang sedikit 'sewot' saat tahu saya akan kembali ke Belanda), "You're one lucky bitch!"
Atau... sederhana saja.
Mungkin, hanya mungkin... Saya memang berjodoh dengan Belanda...
***
Den Haag, 31 Mei 2011
01.40 AM
No comments:
Post a Comment